Kamis, 01 November 2012

Posted by Unknown | File under :
1.Auguste Comte (1798-1857)



Auguste Comte seorang perancis, merupakan bapak sosiologi yang pertama memberi nama pada ilmu tersebut (yaitu dari kata socius dan logos). Walaupun dia tidak menguraikan secara rinci masalah-masalah apa yang menjadi objek sosiologi, tetapi dia mempunyai anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistics dan social dynamics. Konsepsi tersebut merupakan pembagian dari isi sosiologi yang sifatnya pokok sekali. Sebagai social statistics, sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sedangkan social dynamics meneropong bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa.

Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap, sesuai tahap-tahap pemikiran manusia yaitu:
 

a. Tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda didunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas manusia. Cara pemikiran tersebut tidak dapat dipakai dalam ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari sebab serta akibat dari gejala-gejala.
b. Tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala didunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia. Manusia belum berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala tersebut.
c. Tahap positif, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berfikir secara ilmiyah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
 

Menurut Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara pelbagai masyarakat yang berlainan.
Hasil karya Auguste Comte yang terutama yaitu:
- The scientific labors necessary for the reorganization of society (1822)
- The positive philosophy (6 jilid 1830-1840)
- Subjective synthesis (1820-1903)

Refrensi:
www.wikipedia.com
Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial.Jogjakarta: pustaka pelajar
Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
 

2. EMILE DURKHEIM
Biografi

Durkheim dilahirkan di Épinal, Prancis, yang terletak di Lorraine. Ia berasal dari keluarga Yahudi Prancis yang saleh - ayah dan kakeknya adalah Rabi. Meskipun keputusannya untuk meniti karir yang lebih cenderung pada bidang intelektualitas secular daripada religius. Hal tersebut menandakan bahwa ia lebih mengutamakan modernitas dibandingkan agama. Kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk membuktikan bahwa fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi. Namun demikian, latar belakang Yahudinya membentuk sosiologinya - banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah sesama Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah dengannya.
 

Durkheim adalah mahasiswa yang cepat matang. Ia masuk ke École Normale Supérieure pada 1879. Angkatannya adalah salah satu yang paling cemerlang pada abad ke-19 dan banyak teman sekelasnya, seperti Jean Jaurès dan Henri Bergson kemudian menjadi tokoh besar dalam kehidupan intelektual Prancis. Di ENS Durkheim belajar di bawah Fustel de Coulanges, seorang pakar ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah sosial. Pada saat yang sama, ia membaca karya-karya Auguste Comte dan Herbert Spencer. Jadi, Durkheim tertarik dengan pendekatan ilmiah terhadap masyarakat sejak awal kariernya. Ini adalah konflik pertama dari banyak konflik lainnya dengan sistem akademik Prancis, yang tidak mempunyai kurikulum ilmu sosial pada saat itu. Durkheim merasa ilmu-ilmu kemanusiaan tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat kedua terakhir dalam angkatannya ketika ia menempuh ujian agrégation sebagai syarat untuk posisi mengajar dalam pengajaran umum dalam ilmu filsafat pada 1882. Dan ia mengajar filsafat di sejumlah Lyceebeberapa tahun kemudian.
Seseorang yang berpandangan seperti Durkheim tidak mungkin memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris, dan karena itu setelah belajar sosiologi selama setahun di Jerman, ia pergi ke Bordeaux pada 1887, yang saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru yang pertama di Prancis. Ia mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu posisi baru di Prancis) di fakultas sastra burdeaux. Dari posisi ini Durkheim memperbarui sistem sekolah Prancis dan memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi moralitas dan agama ke dalam fakta sosial semata-mata membuat ia banyak dikritik. Pada tahun yang sama ia menikah dengan Louise Dreyfus, yang mencurahkan masa hidup selanjutnya mmembantu kerja intelektual Durkheim, memikul tanggung jawab penuh untuk urusan rumah tangga dan pendidikan dua anaknya, menyalin berbagai manuskrip, mengoreksi naskah, dan terlibat dalam administrasi editorial Annee Sociologique, yang di bentuk durkheim tahun 1898.
 

Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh politik. Kekalahan Prancis dalam Perang Prancis-Rusia telah memberikan pukulan terhadap pemerintahan republikan yang sekuler. Banyak orang menganggap pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik sebagai jalan satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di daratan Eropa. Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis, berada dalam posisi minoritas secara politik, suatu situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis.
Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia menerbitkan “The division of Labour in Society”, pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat manusia dan perkembangannya. Pada 1895 ia menerbitkan “The Rules of Sosiological Method ”, sebuah manifesto yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun mendirikan Jurusan Sosiologi pertama di Eropa di Universitas Bourdeaux. Pada 1896 ia menerbitkan jurnal L'Année Sociologique untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-tulisan dari kelompok yang kian bertambah dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan yang digunakan untuk kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya). Dan akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan “Suicide”, sebuah studi kasus yang memberikan contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi.
Pada 1902 Durkheim akhirnya mencapai tujuannya untuk memperoleh kedudukan terhormat di Paris ketika ia menjadi profesor di Sorbonne. Karena universitas-universitas Prancis secara teknis adalah lembaga-lembaga untuk mendidik guru-guru untuk sekolah menengah, posisi ini memberikan Durkheim pengaruh yang cukup besar, kuliah-kuliahnya wajib diambil oleh seluruh mahasiswa. Apapun pendapat orang, pada masa setelah Peristiwa Dreyfus, untuk mendapatkan pengangkatan politik, Durkheim memperkuat kekuasaan kelembagaannya pada 1912 ketika ia secara permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi pendidikan dan sosiologi. Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya besarnya yang terakhir “Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Keagamaan”.
 

Perang Dunia I mengakibatkan pengaruh yang tragis terhadap hidup Durkheim. Pandangan kiri Durkheim selalu patriotik dan bukan internasionalis. Ia mengusahakan bentuk kehidupan Prancis yang sekular, rasional. Tetapi datangnya perang dan propaganda nasionalis yang tidak terhindari yang muncul sesudah itu membuatnya sulit untuk mempertahankan posisinya. Sementara Durkheim giat mendukung negaranya dalam perang, rasa enggannya untuk tunduk kepada semangat nasionalis yang sederhana (ditambah dengan latar belakang Yahudinya) membuat ia sasaran yang wajar dari golongan kanan Prancis yang kini berkembang. Yang lebih parah lagi, generasi mahasiswa yang telah dididik Durkheim kini dikenai wajib militer, dan banyak dari mereka yang tewas ketika Prancis bertahan mati-matian. Akhirnya, René, anak laki-laki Durkheim sendiri tewas dalam perang, sebuah pukulan mental yang tidak pernah teratasi oleh Durkheim. Selain sangat terpukul emosinya, Durkheim juga terlalu lelah bekerja, sehingga akhirnya ia terkena serangan lumpuh dan meninggal pada 1917.
Teori dan gagasan
 

Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer, Durkheim adalah salah satu orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat, suatu posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme.
 

Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, Max Weber, ia memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi (individualisme metodologis), melainkan lebih kepada penelitian terhadap "fakta-fakta sosial", istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak terikat kepada tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.
 

Durkheim berpendapat bahwa masyarakat bukanlah sekedar jumlah total individu-individu, dan bahwa sistem yang dibentuk oleh bersatunya mereka itu merupakan suatu realitas spesifik yang memiliki karakteristiknya sendiri. Misalnya suatu partai poliik atau gereja, di samping terdiri dari anggotaaggota individual juga memiliki struktur, sejarah, pandangan dunia, dan kultur uang terlembaga, yang tidak dapat diterangkan dalam rangka psikologi individual. ”kalau kitaberangkat dari individu”. Ujar Durkheim, kita tidak akan bisa memahami apa yang terjadi dalam suatu kelompok. Ia sama sekali menolak gagasan bahwa masyarakat bermula dari kontrak sosial belum pernah satu masa pundi mana individu-individu diarahkan oleh pertimbangan yang cermat untuk bergabung ataupun tidak bergabung ke dalam kehidupan kolektif yang satu daripada yang lain. Bagi durkheim, masyarakat-prinsip asosiasi- adalah yang utama, dan karena masyarakat secara tidak terbatas mengungguli individu dalam ruang dan waktu, maka masyarakat berada pada posisi yang menentukan cara bertindak dan berpikir terhadapnya.[1]
 

Dalam bukunya “The Division of Labour in Society” (1893), Durkheim meneliti bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk masyarakat. Ia memusatkan perhatian pada pembagian kerja, dan meneliti bagaimana hal itu berbeda dalam masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Para penulis sebelum dia seperti Herbert Spencer dan Ferdinand Toennies berpendapat bahwa masyarakat berevolusi mirip dengan organisme hidup, bergerak dari sebuah keadaan yang sederhana kepada yang lebih kompleks yang mirip dengan cara kerja mesin-mesin yang rumit. Durkheim membalikkan rumusan ini, sambil menambahkan teorinya kepada kumpulan teori yang terus berkembang mengenai kemajuan sosial, evolusionisme sosial, dan darwinisme sosial. Ia berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat tradisional bersifat ‘mekanis’ dan dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan karenanya mempunyai banyak kesamaan di antara sesamanya. Dalam masyarakat tradisional, kata Durkheim, kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual, norma-norma sosial kuat dan perilaku sosial diatur dengan rapi. Dan ia mengemukakan bukti-bukti sejarah menunjukan bahwa individualisme, yang oleh para emikir sosial konservatif dianggap bertanggung jawab atas runtuhnya tatanan sosial, sebenarnya adalah produk sosial juga, yang hanya terdapat pada masyarakat-masyarakat yang kompleks dan berdasarkan pembagian kerja.
Dalam masyarakat modern, demikian pendapatnya, pembagian kerja yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas 'organik'. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat yang ‘mekanis’, misalnya, para petani gurem hidup dalam masyarakat yang swa-sembada dan terjalin bersama oleh warisan bersama dan pekerjaan yang sama. Dalam masyarakat modern yang 'organik', para pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan orang lain yang mengkhususkan diri dalam produk-produk tertentu (bahan makanan, pakaian, dll) untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akibat dari pembagian kerja yang semakin rumit ini, demikian Durkheim, ialah bahwa kesadaran individual berkembang dalam cara yang berbeda dari kesadaran kolektif – seringkali malah berbenturan dengan kesadaran kolektif.
 

Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat tertentu dengan dominasi dari suatu sistem hukum. Ia menemukan bahwa masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hokum seringkali bersifat represif: pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman, dan hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh kejahatan itu; hukuman itu bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan kesadaran. Sebaliknya, dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organic, hukum bersifat restitutif: ia bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks.
Jadi, perubahan masyarakat yang cepat karena semakin meningkatnya pembagian kerja menghasilkan suatu kebingungan tentang norma dan semakin meningkatnya sifat yang tidak pribadi dalam kehidupan sosial, yang akhirnya mengakibatkan runtuhnya norma-norma sosial yang mengatur perilaku. Durkheim menamai keadaan ini anomie. Dari keadaan anomie muncullah segala bentuk perilaku menyimpang, dan yang paling menonjol adalah bunuh diri.
 

Durkheim belakangan mengembangkan konsep tentang anomie dalam "Suicide", yang diterbitkannya pada 1897. Dalam bukunya ini, ia meneliti berbagai tingkat bunuh diri di antara orang-orang Protestan dan Katolik dengan menggunakan statistik untuk membuktikan jumlah rata-rata bunuh diri berfariasi sesuai dengan perubahan solidaritas sosial, dan hal tersebut menjelaskan bahwa kontrol sosial yang lebih tinggi di antara orang Katolik menghasilkan tingkat bunuh diri yang lebih rendah. Menurut Durkheim, orang mempunyai suatu tingkat keterikatan tertentu terhadap kelompok-kelompok mereka, yang disebutnya integrasi sosial. Tingkat integrasi sosial yang secara abnormal tinggi atau rendah dapat menghasilkan bertambahnya tingkat bunuh diri: tingkat yang rendah menghasilkan hal ini karena rendahnya integrasi sosial menghasilkan masyarakat yang tidak terorganisasi, menyebabkan orang melakukan bunuh diri sebagai upaya terakhir, sementara tingkat yang tinggi menyebabkan orang bunuh diri agar mereka tidak menjadi beban bagi masyarakat. Dan dapat disimpulkan bahwa tindakan bunuh diri yang tampaknya bersifat pribadi itu sebenarnya merupakan respons terhadap kekuatan sosial. Menurut Durkheim, masyarakat Katolik mempunyai tingkat integrasi yang normal, sementara masyarakat Protestan mempunyai tingat yang rendah. Karya ini telah mempengaruhi para penganjur teori kontrol, dan seringkali disebut sebagai studi sosiologis yang klasik.
 

Akhirnya, Durkheim diingat orang karena karyanya tentang masyarakat 'primitif' (artinya, non Barat) dalam buku-bukunya seperti "Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Agama" (1912) dan esainya "Klasifikasi Primitif" yang ditulisnya bersama Marcel Mauss. Kedua karya ini meneliti peranan yang dimainkan oleh agama dan mitologi dalam membentuk pandangan dunia dan kepribadian manusia dalam masyarakat-masyarakat yang sangat 'mekanis' (meminjam ungkapan Durkheim).

Refrensi
www.wikipedia.com
Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial.Jogjakarta: pustaka pelajar
Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

3. MAX WABER
Biografi

Max Waber, lahir di Erfurt, Thuringia, Jerman Timur pada tanggal 21 April 1864 sebagai anak sulung dari keluarga terpandang yang memberikan penilaian tinggi terhadap suatu pendidikan dan kebudayaan. Pendidikan lanjutannya di Universitas Heidelberg pada Fakultas Hukum namun perhatiannya terhadap bidang filsafat dan ekonomi membuatnya mengikuti kuliah-kuliah dalam bidang filsafat dan ekonomi tersebut secara teratur dan disiplin.
 

Pada tahun 1883, Max memasuki pendidikan militer yang membuka kemungkinan untuk ia menjadi seorang perwira cadangan bagi mereka yang berpendidikan sarjana. Setelah menyelesaikan pendidikan militer ia tak kembali pada Universitas Heidelberg tetapi ia meneruskan studinya di Universitas Berlin, di sana ia mendapatkan ajaran-ajaran Gneist (pengetahuan masalah keparle- menan Inggris), Gierke (pemahaman terhadap sejarah hukum Jerman) dan Treitschke (mengenai permasalahan Nasionalisme). Setelah itu ia menetap sejenak di Gottingen.
 

Pada tahun 1886, Max kembali ke Universitas Berlin guna menempuh ujian ilmu hukum yang sehingga dengan terpaksa ia harus menerima tugas untuk menempati suatu kedudukan di Pengadilan Pidana Berlin. Namun Max merasa pekerjaan tersebut membosankan sehingga ia memilih meneruskan studinya di bawah bimbingan Prof.Mommsen dan menulis disertasinya “A Contribution to the history of Medieval Business Organization” dengan melibatkanilmu hukum, ekonomi dan sejarah. Setelah itu ia meneruskan kegiatannya menganalisa sejarah agraris masyarakat Romawi dilihat dari sudut pandang perkembangan politik, ekonomi dan social yang tersaji dalamsebuah buku terbitan tahun 1891 untuk memenuhi persyaratan menjadi seorang dosen ilmu hukum di Universitas Berlin.
 

Pada tahun 1892 Max menikahi Marianne Schnitger, bersamaan itu ia memulai memberikan kuliah –kuliah secara formal pada Universitas Berlin. Pada tahun 1894 Max mendapat tawaran menjadi seorang guru besar tetap pada Universitas Freiburg, tak lama kemudian diangkat menjadi guru besar ekonomi pada Universitas Heidelberg tempat dimana ia bisa menikmati kehidupan intelektualnya dengan penuh gairah. Namun Max mengalami kemerosotan mental yang sangat serius, sehingga seluruh kegiatannya terhenti selama hampir 4 tahun. Keadaanya mulai pulih pada tahun 1903 dan semenjak itu ia menekuni masalah metode-metode ilmu social.
Pada tahun 1904 untuk pertama kalinya Max mengunjungi Amerika Serikat untuk mengikuti suatu kongres ilmu pengetahuan sedunia di kota St. Louis. Dalam tahun yang sama Max menerbitkan buku “The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism” yang menganalisa awal timbulnya kapitalisme dengan maksud agar diperoleh pemahaman mengenai pentingnya kapitalisme ekonomi maupun akibatnya pada tahap kontemporer.
 

Pada tahun 1907, Max mengundurkan diri dari kegiatan memberikan kuliah pada Universitas Heidelberg dan melanjutkan peranannya sebagai ilmuwan pribadi. Selama Perang Dunia Pertama berkecamuk, Max menjadi seorang administrator Rumah Sakit Angkatan Bersenjata Jerman. Pada tahun 1918 ia menjadi konsultan pada Komisi Gencatan Senjata Jerman dan penasihat Komite Reformasi Konstitusional Jerman. Max Waber meninggal pada tahun 1920 dalam usia 56 tahun saat ajarannya mengenai pendidikan politik sudah mulai berkembang.
Teori Dan Gagasan
 

Menurut Weber, perilaku manusia merupakan perilaku social yang harus mempunyai tujuan tertentu dan terwujud dengan jelas. Untuk menganalisa perilaku sosial tersebut Weber menciptakan tipe-tipe perilaku ideal sebagai pola yang biasa disebut “ideal typus” agar dapat membandingkannya dengan perilaku actual yang dimaksudkan sebagai ekspresi semua formulasi dan batasan konseptual dalam sosiologi. Pengartian tipe ideal dirumuskan dengan cara memberikan tekanan sepihak serta intensifikasi terhadap satu atau beberapa aspek suatu peristiwa yang mencerminkan struktur mental yang seragam.
 

Weber menekankan bahwa tipenya itu harus merupakan suatu kemungkinan yang kuat dengan minimal harus mendekati kebenaran empiris. Tipe ideal juga bersifat deskriptif murni dan tidak boleh disalahgunakan untuk menjelaskan data yang diungkapkannya. Tipe ideal merupakan suatu sarana untuk menyusun klasifikasi yang berguna untuk mengatur kategori-kategori secara sistematis dari semua hasil pengamatanyang pernah dilakukan. Selain itu,bentuk perilaku social yang terpenting adalah perilaku social yang timbal balik (resiprokal) yang tercermin dalam pengantian hubungan social sebagai tema sentral sosiologi.
Suatu hubungan social ada apabila para individu secara mutual mendasarkan perilakunya pada perilaku yang diharapkan pihak-pihak lain. Beberapa tipe hubungan social diantaranya:
Perjuangan, suatu bentuk hubungan social yang menyangkut perilaku individu sedemikian rupa sehingga salah satu pihak memaksakan kehendaknya terhadap perlawanan pihak lain.
Komunalisasi, hubungan social yang didasarkan pada perasaan subyektif baik bersifat emosional , tradisional maupun kedua-duanya. Agregasi, hubungan social keserasian dan kecocokan motivasi rasional atau keseimbangan berbagai kepentingan.
 

Kelompok Korporasi, hubungan social yang berkaitan dengan wewenang yang dilandaskan pada kegiatan seorang pemimpin dan suatu staf administrasinya.  Keempat hubungan social tersebut mungkin terbuka ataupun tertutup tergantung pada dasar peran sertanya, yakni sukarela atau paksaan.
Selain Ideal typus, Max Waber juga terkenal dengan Method of understanding yang menghasilkan dua cara untuk mendapatkan pemahaman dan dua jenis pemahaman yang harus diperhitungkan. Suatu perilaku dapat dipahami secara intelektual bila perilaku tersebut rational, tergantung pola perilaku yang terwujud dengan cara yang dianggap logis yang sesuai dengan urutan perilaku yang dapat diduga. Dan suatu perilaku juga bisa dipahami dengan menggunakan perasaan bila perilaku tersebut bersifat irrational dengan jalan memproyeksikan diri sendiri ke dalam situasi irasional 


tersebut.
Refrensi:
http://nilaieka.blogspot.com/2009/04/biografi-max-weber.html
Sukanto, Suryono. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. 2002. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Sukanto, Suryono. Sosiologi Suatu Pengantar. 1994. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
 

4. KARL MAX
Biografi

Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. ayahnya, seorang pengacara, menafkai keluarganya dengan relatif baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya adalah dari pendeta yahudi (rabbi). Tetapi, karena alasan bisnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin, Universitas yang sangat di pengaruhi oleh Hegel dan guru - guru muda penganut filsafat Hegel, tetapi berpikir Kritis. Gelar doktor Marx di dapat dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya yang muncul kemudian.

Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena pendirian politiknya, koran itu kemudian di tutup pemerintah. Esai–esai awal yang di terbitkan dalam periode mulai mencerminkan sebuah pendirian yang membiumbing Marx sepanjang hidupnya. Esai-esai tulisan Marx itu secara bebas di taburi prinsip-prinsip demokrasi , ia menolak keabstrakat filsafat hegelian, mimpi naif komunis utopiadan gagasan aktivis yang mendesak apa yang ia anggap sebagai tindakan politik prematur. Dalam menolak gagasn aktivis ini Marx meletakkan landasan bagi gagasan hidup sendiri.

Upaya praktis, bahkan dalam mengarahkan massa sekalipun, akan di jawab dengan meriam saat upaya itu di anggap berbah. tetapi, gagasan yang dapat mengarahkan intelektual kitadan yang menaklukkan keyakinan kita, gagasan yang dapat membekukan kita, merupakan belenggu – belenggu di mana seorang hanya bisa lepas darinya dengan mengorbankan nyawanya; gagasan-gagasan itu seperti setan sehingga orang hanya dapat mengatasinya dengna menyerah kepada Marx.

Marx menikah pada 1843 dan tak lama kemudian ia terpaksa meninggalkan jerman untuk dapt suasana yang lebih libaral di Paris. Di Paris ia bergualat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga menghadapi dua kumpulan gagasan baru – sosialisme Prancis dan politik Ekonomi Inggris. Dengan cara yang unik dia menggabungkan hegelian, sosialisme dan ekonomi politik yang kemudian menentuka orientasi intelektualnya. Hal yang sangat penting pula adalah pertemuannya dengan orang yang kemudian menjadi teman seumur hidupnya, donatur dan kolabolatornyayakni Fredrich Engels (Carver, 1983) Engels anak penguasa pabrik tekstil menjadi seorang sosialis yang mengkritik kondisis kehidupan yang di hadapi kelas buruh. Banyak di antara rasa kasihan Marx kesengsaraan kelas buruh berasal dari paparannya kepada Engels dan gagasannya sendiri. Tahun 1844 Marx dan Engels mengadakan diskusi panjang di sebuah Café terkenal di Paris dan meletakkan landasan kerja untuk bersahabat seumur hidup. Mengenai diskusi itu Engels berkata ”kesepakatan lengkap kami dalam dalam semua budang teori menjadi nyata….dan perjanjian kerja sama kami mulai sejak itu”(McLellan, 1993:131) di tahun berikutnya Engels menerbitkan karya the condition Of The Working Class in England. Selama periode itu Marx menerbitkan sejumlah karya yang sangat sukar di pahami (kebenyakan belum di terbitkan semasa hidupnya) termasuk the Holy Family dan The German ideology (di tulis bersama Engels)dan ia pun menulis the economic and philosophic manuscripts 1844 yang menandakan perhatiannya terhadap bidang ekonomi main meningkat.

Meski Marx dan Engels mempunya orientasi teoritis yang sama, namun ada juga beberapa perbedaan di antara mereka. Marx cenderung menjadi seorang intelektual teoritis yang kurang teratur dan sangat berorientasi kepada keluarga. Engels adalah pemikir praktis, rapi dan pengusaha teratur dan orang yang tak percaya pada lembaga keluarga. Meski mereka berbeda, Marx dan Engels menempa kerja sama yang akrab sehingga mereka berkolabirasi menulis buku dan artikel dan bekerja sama dalam organisasi radikal, dan bahka Engels membantu membiayai Marx selama sisa hidupnya sehingga memungkinkan marx mencurahklan perhatiannya pada kegiatan intelektual dan politiknya.
Meski ada asosiasi erat antara nama Marx dan Engels, namun Engels menjelaskan bahwa ia teman junior, Marx mampu berkarya sangat baik tanpa aku. Aku tidak pernah mencapai prestasi seperti yang di capai Marx. Pemahaman Marx lebih tinggi, pengalamannya lebih jauh dan pandangannya lebih luas serta cepat ketimbang aku. Marx adlah jenius(Engels, di kutip dalam McLellan,1973;131-132)

Banyak yang percaya bahwa Engels gagal memahami berbagai seluk beluk Marx. Setelah Marx meninggal, Engels menjadi juru bicara utama bagi teori marxian dan dalam berbagai cara menyimpangkan dan terlalu menyerderhanakannya, meski ia tetap setia terhadap perspektif politik yang ia tempa bersama Marx.Karena beberapa tulisannya telah menggangu pemerintahan prusia, pemerintah perancis (atas permohonan prusia) mengusir Marx tahun 1845 dan karenanya Marx pindah ke Brussel. Radikelismenya meninggkat dan ia menjadi anggota aktif di bidang gerakan revolusioner internasional. Ia pun bergabung dengan liga komunis dan bersama Engels diminta menulis anggaran dasar liga itu, hasilnya adalah manifestor komunis 1848, sebuah karya besar yang di tandai oleh slogan-slogan politik yang termasyur (misalnya ‘kaum buruh seluruh dunia bersatulah).

Tahun 1849 ia pindah ke london dan, mengingat kegagalan revolusi politik tahun 1848, ia menarik diri dari aktivitas revolusioner dan beralis ke kegiatan rsiset yang lebih rinci tentang peran sistem ka[pitalis. Study ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku das kapital.jilid pertama di terbitkan tahun 1867; kedua jilid yang lainya di terbitkan sesudah ia meninggal. Selama riset dan menulis itu ia hidup dalam kemiskinan, membiayai hidupnya secara sederhana dari honorarium tulisannya dan bantuan dana dari Engels. Tahun 1864 Marx terlibat kembali dalam kegiatan politik, bergabung dengan ‘The Internasional’, sebuah gerakan buruh internasio nal. Ia segera menonjol dalam gerakan itu dan mencurahkan perhatian selama beberapa tahun untuk gerakan itu. Ia mulai mendapat popularitas, baik sebagai pimpinan internasional maupun sebagai penulis des kapital. Perpecahan gerakan internasional tahun 1876, kegagalan dari berbagai gerakan revolusioner dan penyakit – penyakit, akhirnya membuat Marx ambruk. Istrinya wafat tahun 1881 dan anak perempuannya tahun 1882 dan Marx sendiri wafat di tahun 1883.


Teori dan gagasan
Karya Karl max dapat di tafsirkan dalam berbagai cara yang berbeda, yang meliputi kritik romantik awal dalam Paris Manuscript, Marx sang filsuf, antropologi historis dalam The Germany Ideology, sejarah kritis dalam Eighteenth Brumaire atau the Civil War in France pemaparan ide-ide pribadi yang cerdas dalam Grundrisse, ekonomi kitis yang lebih mutakhir dalam Capital, Marx sang ekonom dll. Salah satu cara untuk dapat memperoleh wawasan yang utuh atas pemikiran marx adalah dengan membaca proyeknya sebagai suatu yang tercangkup dalam tema tunggal, yakni kritik atas ekonomi sosial. Karya teoritis Marx bermula dari kritik romantik, yang berangsur-angsur memasuki dunia ekonomi politik. Baru setelah kematiannya di tahun 1883 karyanya berpengaruh luas dalam bentuk propaganda yang sudah terpotong-potong yang kemudian dikembangkan oleh Soviet.


Paris Manuscript
Persoalan tentang hubungan Marx muda dan yang telah matang merupakan sebab utama Renaissance dalam diskusi tentang Marx yang berkembang sejak tahun 1960 sampai sekarang dan terus berlanjut. Masalah fundamental yang terkait disini apakah pemikiran Marx merupakan pemikiran yang berkesinambungan ataukah pergeseran kualitatif dalam karyanya. Bagaimanapun bentuk kesinambungan itu, arah yang ditempuh oleh Marx sendiri adalah berangkat dari praksis menuju struktur, dari tindakan yang menuju sistem.
Dalam Paris Manuscript yang terbit dalam bahasa jerman (1960-an), adalah untuk menempatkan ekonomi politik dalam pengujiannya. Para ekonom klasik seperti Smith telah mengakui pentingnya sumbangan ekonomis buruh terhadap produksi kekayaan (wealth) atau nilai, namun mereka tidak memberikan tempat yang layak pada buruh tersebut dalam politik maupun masyarakat. Sebagian ekonom melakukan hal tersebut dengan menyelewengkan hakikat proses produksi kekayaan, seolah-olah kepemilikan mendahului kerja, padahal kepemilikan sesungguhnya hasil dari kerja kreatif atau praksis. Kaum buruh dengan demikian mengorbankan darah hidupnya untuk menciptakan modal yang bergantung pada tenaga buruh bagaikan seekor vampir. Kritik ekonomi politik tersebut membawa Marx pada kritik filsafat mengenai pembagian kerja. Arah yang ditujunya adalah kembali mempertentangkan antara perumusan pandangan atas kemanusiaan sebagai satu keutuhan sebelum adanya industrialisme yang tidak mengenal alienasi denagn kondisi yang terpecah-pecah dan kalah dalam kapitalisme.
 

Arah yang tersembunyi dalam argumen tersebut adala perlunya pembebasan kemanusiaan atau poletarian. Dengan pembebasan tersebut Marx membayangkan adanya pergantian kepemilikan pribadi (modal) serta ditegakkannya kembali integritas kemanusiaan secara serentak. Dan ia pun menempatkan status utama kepada kaum buruh sebagai agen pembebas yang menderita. Imaji tentan sosialisme dalam karya awal Marx berupa suatu masyarakat yang terdiri dari kaum buruh yang cerdik.
 

Dalam Germany Ideologi Marx dan Engels mulai mengangkat persoalan ideologi, dan mengkritik suatu yang ironis, mengingat pengistimewaan terhadap kaum poelitariat dalam teori mereka, pretensi kaum borjuis bahwa kepentingan mereka sendiri tak lain adalah kepentingan rakyat umum. Tahun 1848, Marx dan Engels menerbitkan karyanya yang amat terkenal dengan judul The Communist Manifesto, sebuah polemik yang brilian yang menguraikan satu dimensi utama proyek Marx: satu penilaian atas peradaban kapitalis yang sangat ambivalen, peradaban yang menjadikan segala sesuatu itu menjadi mungkin, dan serentak memenyingkirkan realisasi-diri potensi kemanusiaan. Di sinilah muncul aksioma bahwa semua sejarah adalah sejarah perjuangan kelas. Di sini Marx mengembangkan model dua kelas yang banyak ditiru oleh para sosiolog dan sejarawan belakangan ini, dan merupakan konsep sentral dalam Capital. Sejarah bukan sekedar sejarah kelas-kelas yang berjuang, sejarah modern adalah peperangan besar antara dua kelas fundamental: borjuis dan poletar.

Grundriss
Pergeseran Marx dari tindakan menuju struktur, secara politis didorong oleh kekalahan revolusi 1848. jika tidak berubah yang jadi persoalan adalah mengapa tidak.bagaimana ia akan menjadi produksinya sendiri? Inilah yang menjadi logika esensial dalam Capital yang mana akan ambruk dan melahirkan sosialisme. Disni Marx membahas persoalan epistemologi dan metodologi. Dan ia berpendapat bahwa pengetahuan tidaklah ditemukan melainkan dikonstrksi , dan meskipun terkadang ia mengklaim setatus ilmiah untuk karyanya. Namun kenyataannya menunjukan bahwa ilmu pengetahuan kemanusiaan secara kualitatif merupakan jenis upaya yang berbeda dengan ilmu alam. Dengan begitu Marx secara implisit menyesuaikan proyeknya kembali ke proposisi Vico bahwa yang dapat diketahui manusia secara yang baik adalah sesuatu yang unik pada dirinya: sejarah manusia itu sendiri.
 

Selanjutnya Marx mendiskusikan masalah transisi dan feodalisme, lewat sebuah uraian yang yang banyak diperdebatkan dalam science and society tahun 1950-an. Dalam Capital sebenarnya Marx kmbali ke gagasan awal bahwa sejarah merupakan suatu yang pentin, suatu proses yang penting untuk beralih dai feodalisme ke kapitalisme dan ke sosialisme. Marx bergeser menuju proposisi bahwa revolusi tekhnologilah, dan bukannya perjuangan kelas, yang mungkin bisa merealisasikan sosialisme. Perkembangan logika internal kapitalisme adalah bahwa otomatisasi akan dapat menggagalkan harapan yang bersumber dari gagasan tentang relasikelas. Agen sejarah kembali dimitoskan: aktor-aktor sejarah bukan lagi umat manusia yang penuh makna dan menderita, namun adalah kekuatan sejarah yang berupa ekonomi bahkan tekhnologi. Eknomi adalah determinan fundamental yang lantas muncul superstruktur legal dan politis serta bentuk-bentuk kesadaran sosial yang pasti.
 

Capital
Puncak mitologi dan pemikiran Marx adalah Capital. Bab I, “ Komoditas”, merupakan teoritis yang paling signifikan dan paling sulit. Marx mengemukakan kritik yang sangat mengena terhadap eika kapitalis dan utilitarian. Ia merujuk pada karya Aristoteles, Politics: segala sesuatu punya alasan sendiri untuk ada, masing-masing tak dapat disepadankan. Namun kodifikasi menjadikan segala sesuatu itu dapat diukur, segala sesuatu memiliki harganya/nilainya sendiri. Masyarakat borjuis mereduksi nilai kemanusiaan menjadi nilai ekonomis. Mereka menyamakan berbagai perbedaan yang seharusnya memiliki karakteristiknya masing-masing.
 

Subtansi buku tersebut adalah analisis kritis atas produksi kapitalis dari segi tertentu, buku tersebut menjadi pelopor sosiologi industri modern. Di buku ini menegaskan bahwa sosialisme sebagai pembebasan yang tak terelakkan, dan perjuangan masih merupakan hal utama di antara dua kelas fundamental dan dalam konsep-konsep dikemukakan, kerja dan modal.

Refrensi
www.wikipedia.com
Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial.Jogjakarta: pustaka pelajar
Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada



5. HERBERT SPENCER
Herbert Spencer dilahirkan di Derby Inggris, 27 April 1820. Ia tak belajar seni Humaniora, tetapi di bidang teknik dan bidang utilitarian. Tahun 1837 ia mulai bekerja sebagai seorang insinyur sipil jalan kereta api, jabatan yang di pegangnya hingga tahun 1846.selama periode ini Spencer melanjutkan studi atas biaya sendiri dan mulai menerbitkan karya ilmiah dan politik.tahun 1848 spenser di tunjuk sebagai redaktur the economis dan gagasan intelektualnya mulai mantap. Tahun 1850 ia menyelesaikan karya besar pertamanya, Social Statis (1850).
 

Hasil karyanya yang terkenal antara lain :
· Sosial Statistics (1850)
· Principle of Psychology (1955)
· Principle of Biology (2 jilid, 1864 dan 1961)
· Principle of Etnics (1893)
· Programme of a System of Synthetic Philosophy (1862-1896)
 

Dalam bukunya yang berjudul The Principle of Sosiologi (3 jilid,1877), Herbert Spencer menguraikan materi sosiologi secara rinci dan sistematis. Spencer mengatakan bahwa obyek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian diri, dan industri. Sebagai tambahan disebutkannya sosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, masyarakat setempat, pembagian kerja, lapisan social, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Buku tersebut menjadikan sosiologi menjadi populer di masyarakat dan berkembang pesat pada abad 20, terutama di Perancis, Jerman, dan Amerika.
Pada tahun 1879 ia mengetengahkan sebuah teori tentang Evolusi Sosial. Evolusi secara umum adalah serentetan perubahan kecil secara pelan-pelan, kumulatif, terjadi dengan sendirinya dan memerlukan waktu lama. Sedang evolusi dalam masyarakat adalah serentetan perubahan yang terjadi karena usaha-usaha masyarakat tersebut untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
 

Ia juga menerapkan secara analog (kesamaan fungsi) dengan teori evolusi karya Charles Darwin (yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera) terhadap masyarakat manusia. Ia yakin bahwa masyarakat mengalami evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat industri. Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Ia menyoroti hubungan timbal-balik antara unsur-unsur masyarakat seperti pengaruh norma-norma atas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga politik dengan lembaga keagamaan.
 

Spencer mempopulerkan konsep ‘yang kuatlah yang akan menang’ (Survival of the fittest) terhadap masyarakat. Pandangan Spencer ini kemudian dikenal sebagai ‘Darwinisme sosial’. Ia mempercayai akan kehidupan maasyarakat yang akan tumbuh progresif menuju keadaan yang lebih baik, untuk itu masyarakat harus dibiarkan bekembang sendiri. masyarakat harus dilepas dari campur tangan eksternal yang diyakini justru memperburuk keadaan. Spencer menyetujui akan adanya evolusi darwin dalam konteks sosial, yaitu apabila dibiarkan dengan sendirinya teori itu akan berlaku dimana individu yang layak bertahan hidup akan berkembang, sedangkan individu yang yang tidak layak maka ia akan tersingkir.
 

Ajaran sistem sosial yang telah disepakati oleh Spencer adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat adalah organisme atau superorganis yang hidup berpencar-pencar.
2. Antara masyarakat dan badan-badan yang ada di sekitarnya ada suatu equilibrasi tenaga agar kekuatannya seimbang.
3. Konflik menjadi suatu kegiatan masyarakat yang sudah lazim.
4. Rasa takut mati dalam perjuangan menjadi pangkal kontrol terhadap agama.
5. Kebiasaan konflik kemudian diorganisir dan dipimpin oleh kontrol politik dan agama menjadi militerisme.
6. Militerisme menggabungkan kelompok-kelompok sosial kecil menjadi kelompok sosial lebih besar dan kelompok-kelompok tersebut memerlukan integrasi sosial.
7. Kebiasaan berdamai dan rasa kegotongroyongan membentuk sifat, tingkah laku serta organisasi sosial yang suka hidup tenteram dan penuh rasa setia kawan.
Spencer menitikberatkan pada 3 kecenderungan perkembangan masyarakat dan organisme:
1. pertumbuhan dalam ukurannya,
2. meningkatnya kompleksitas struktur, dan
3. diferensiasi fungsi.

Refrensi :
· Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1990.
· http://nataebiografiteacher.blogspot.com/ · Buku Teori Sosiologi Klasik Karya Boedhi Oetoyo, dkk

0 komentar:

Posting Komentar